Monday, September 15, 2014

Dialog Kemanusiaan dalam Alquran

Dimuat di Okezone.com
Judul               : The Wisdom
Editor Ahli      : Prof. Dr. H. Rosihan Anwar, M. Ag
Penerbit          : Al Mizan
Terbitan          : Pertama, Mei 2014
Tebal              : 1.236 halaman
Ukuran           : 18 x 26 cm

Dewasa ini program penanaman nilai-nilai Alquran semakin kuat dan berkembang pesat. Berbagai metode pembelajaran, penghafalan, dan penafsiran Alquran lahir secara beragam. Hal ini tentu menunjukkan betapa semangatnya umat Islam untuk memahami Islam secara kafah.

Alquran merupakan sebuah mukjizat yang luar biasa pentingnya bagi kehidupan. Kitab yang mencakup kitab-kitab sebelumnya, yaitu Taurat (Nabi Musa As) Zabur (Nabi Daud As) Injil (Nabi Isa As), menjadi panutan guna mengarungi kehidupan dunia dan akhirat.

Segala sesuatu yang berkaitan dengan keesaan dan kekuasaan Allah sudah terangkum di dalam satu kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad tersebut. Keesaan dan kekuasaan Allah yang tak terhingga membuat karakter bahasa yang digunakan multi-interpretatif.

Karakter bahasa yang multi-interpretatif membuat Alquran berpeluang ditafsirkan secara beragam. Namun, keberagaman bukan semata-mata persoalan persepsi beberapa orang mengenai suatu obyek yang pasti akan berbeda-beda, tetapi merupakan sunnatullah yang telah ditetapkan untuk manusia, sebagaimana dalam pengantar mushaf The Wisdom.

Hadirnya The Wisdom, padanan bagi kata al-hikmah dalam bahasa Arab, memberikan warna dan corak tersendiri dalam dunia tafsir. Sebuah iktikad baik untuk memudahkan siapa saja dalam memahami kandungan Alquran, sekalipun dari tingkat pemula.

Di dalam mushaf setebal 1.236 halaman tersebut difasilitasi terjemahan perkata, terjemah bahasa Indonesia dari Kementerian Agama RI, asbabun nuzul, hadits, doa-doa, munasabah (hubungan antar ayat) dan memuat 1.420 artikel dengan tema-tema beragam yang diklasifikasikan ke dalam enam tema, yaitu akhlak, akidah, ibadah, muamalat, ilmu, dan kisah. Pembaca akan sangat mudah masuk pada pembahasan tema-tema tertentu karena, selain difasilitasi daftar isi surat, The Wisdom juga difasilitasi daftar isi ayat sesuai dengan klasifikasi enam tema tersebut.

The Wisdom disarikan dari kitab para mufassir masyhur, diantaranya kitab Fi Dzilali Qur'an, Tafsir Al Maraghi, Ruh al-Ma'ani, Tafsir Ar-Rozi, Tafsir Ibnu Abbas, Aisar Al-Tafasir, Al Munir, Tafsir Jalalain, Tafsir Al Jawahir, Tafsir Al-Sa'di Ibn Munzhir, Tafsir At-Thabari, Al-Jawahir Al-Hisan, Tafsir Al-Manar, Bada'i Al-Tafsir, Al Wasit, Tahrir wa Tanwir, Abu Hafs Sirajudin, Al-Bahr Al-Muhit, dan Al-Jami' Al-Ahkam Al-Qur'an.

Keunikannya adalah uraian tafsir yang menggunakan metode tematik (maudu’i) dan komparasi (muqaran). Tema yang dipilih dalam beberapa ayat sesuai dengan keterwakilan enam tema utama yang diangkat. Selain daripada itu, pemaparan tema pembahasan juga dilengkapi dengan essai dalam rangka mendialogkan Alquran dengan problem etis kemanusiaan dan kealaman dalam konteks kekinian. Dengan gaya tutur yang sederhana, kandungan moralnya sangat mudah dipahami.

Oleh karena menggunakan metode tematik, tentunya pembahasan ayat per ayat tidaklah menyeluruh. Hanya beberapa ayat terpilih yang menduduki porsi tertentu. “Keterbatasan ruang”—yang menjadikan mushaf ini hanya setebal 1236 halaman—membuat pembaca kurang bisa mendalami penggalan ayat yang ingin dipilih dan diketahui kandungannya.

Satu contoh kecilnya adalah muatan nilai keimanan (akidah) yang terkandung dalam surat Al-baqarah ayat 177 yang tidak masuk dalam aspek pembahasan. Salah satu dari 17 kontributor yang masuk dalam tim penulisan mushaf ini lebih memilih membahas muatan nilai ibadah dalam surat Al-Baqarah ayat 178-179 yang membahas tentang qisas. (hal.54)

Tentu keterbatasan tersebut bukanlah sebuah cela karena sebelum membuka mushaf ini pembaca sudah dibenturkan dengan kalimat “Alquran Disertai dengan Tafsir Tematis” yang mengindikasikan bahwa tafsir di dalamnya hanya pada tema-tema tertentu atau tema-tema pilihan.

Pendekatan metode tematik tampaknya ingin memberikan pengertian bahwa kehadiran The Wisdom untuk memudahkan pembaca dalam memahami kandungan isi Alquran. Apalagi pembahasan dalam mushaf ini juga menghindari wacana-wacana yang rumit dan konvensional.

Alangkah lebih baik bila The Wosdom lebih dikembangkan sebagai tafsir yang berdiri secara utuh, kendati membutuhkan banyak tenaga dan pikiran. Paling tidak, harapan ini muncul dikarenakan kehadiran mushaf ini, dengan karakter bahasa yang mudah dipahami, mendorong pembaca untuk memahami dan menyelami lebih dalam kandungan Alquran.

Semoga kehadiran The Wisdom dapat memudahkan pembaca dalam memahami secara sederhana kandungan Alquran, sehingga usaha dan semangat untuk membumikan nilai-nilai qur’ani menjadi lebih kuat di Tanah Air ini.[]

0 comments: