Sunday, September 18, 2011

Catatan Parade Cerpen untuk Sanie B Kuncoro di Jawa Pos



Jumat sore (09/09) Pukul 15.45 WIB, saya sudah tiba di rumah Lan Fang di perumahan Pondok Maspion Ea 11 Pepelengi, Waru, Sidoarjo, dalam rangka menghadiri penyerahan honor Parade Cerpen Untuk Sanie B Kuncoro yang akan dilaksanakan di kantor Jawa Pos, pukul 17.00 WIB.

Sepuluh menit kemudian, Musa Hasyim, santri asal Tebu Ireng, Jombang, yang turut mendonasikan cerpennya tiba pula di rumah Lan Fang. Setelah melaksanakan solat ashar, kami bertiga langsung menuju kantor redaksi Jawa Pos, Jl. A. Yani lt.4 Surabaya. Menurut Lan Fang, pak Budi Dharma dan Mbak Sanie sudah menunggu kami di sana. Mendengar nama pak Budi disebut, ada kebanggaan tersendiri bagi saya, karena akan bertemu dengan begawan sastra sekaligus Guru Besar Emeritus di Universitas Surabaya tersebut.

Setibanya di kantor Jawa Pos, yang merupakan pertama kalinya saya berkunjung ke sana, pak Budi dan mbak Sanie sudah di sana sedang berbincang santai dengan mas Doan Widhiandono, redaktur sastra pada saat itu. Saat kami masuk dan berkumpul pada sebuah meja melingkar itu, mereka seakan tidak percaya bahwa sayalah yang menulis cerpen Kubah dan Musa yang menulis cerpen Cerita Panjang di Sebuah Kereta. Mereka tidak percaya, tepatnya tidak menyangka bahwa yang menulis kedua cerpen tersebut usianya masih belia. Dengan bangganya mereka menyebut saya dan Musa adalah generasi emas penulis sastra berikutnya.

Mbak Sanie berucap haru. Kepedulian kami terhadap kondisi kesehatan beliau telah menumbuhkan asa bahwa perjuangan untuk menyembuhkan penyakut kanker payudara kembali kokoh setelah mulai melemah karena vonis dokter.

“Mereka tidak mengenal saya dan saya juga tidak mengenalnya. Tapi, rasa kepedulian mereka telah mengobarkan semangat hidup saya,” kata penulis asal Solo tersebut.

Pada kesempatan itu, pak Budi mengatakan bahwa beginilah seharusnya sastra berpijak. Mengikatkan kepedulian antara satu dengan yang lain. “Karena inilah saya menyempatkan hadir di sini. Terima kasih kepada Jawa Pos dan para penulis yang turut hadir di sini,” ungkap penulis buku Olenka tersebut.

Setelah prosesi penyerahan donasi cerpen, kami sempat pose bersama dengan pak Budi sekaligus memamerkan cerpen-cerpen yang tergabung dalam parade cerpen tersebut, yaitu Bai She Jing (Lan Fang), Cerita Panjang di Sebuah Kereta (Musa Hasyim), Kubah (Fandrik Ahmad), Lelaki Berbulu, (Wina Bojonegoro) dan cerpen pamungkas Kembang Pepaya milik mbak Sanie sendiri.

Friday, September 16, 2011

Satukan Ikatan Alumni Dengan Akidah



Guluk-Guluk, Jumat pagi (16/09) jam 07.30 WIB, rombongan bis Ikatan Alumni Annuqayah (IAA) se-Keresidenan Besuki dan Bali tiba di lingkungan Pondok Pesantren Annuqayah. Rombongan yang menggunakan tiga bis tersebut langsung turun parkir di depan Masjid Jamik Annuqayah.

Setibanya di Pesantren, beberapa alumni langsung turun dan menuju kompleks masing-masing di mana dulu mereka tinggal ketika masih aktif menjadi santri. Sebagian besar dari mereka adalah alumni PPA Lubangsa dan PPA Latee.

Pada jam 09.00 WIB seluruh alumni tersebut kembali berkumpul di Masjid Jamik Annuqayah guna melaksanakan acara inti, yaitu Silaturrahiem dan Halal Bihalal IAA dengan Dewan Masyayikh PP. Annuqayah. Acara tersebut dirasa kompleks karena dihadiri oleh Dewan Masyayikh (K.H. A. Warits Ilyas, K.H. A. Basyir AS. dan K.H. Muqsith Idris), Ketua Pengurus PP Annuqayah (K.H. A. Hanif Hasan) dan Ketua Yayasan Annuqayah ( Ustadz A. Pandji Taufiq).

Acara tahunan IAA itu merupakan pertama kalinya diadakan di Annuqayah. Muhammad Halimi, salah satu anggota rombongan mengungkapkan alasan bahwa untuk saat ini sudah kurang pantas jika Dewan Masyayikh yang harus jauh-jauh datang ke Jawa (Jember). Jarak tempuh perjalanan delapan jam Sumenep-Jember dirasa kurang baik mengingat kondisi kesehatan mereka saat ini.

“Beliau kan sudah sepuh-sepuh. Jadi, sekarang kami yang datang ke sini acabis kepada beliau. Disamping itu kita juga bisa bersilaturrahiem dengan para santri dan bernonstalgia dengan kenangan,” ungkap alumni PPA Lubangsa asal Sukogidri, Ledok Ombo, Jember itu.
Pada moment tersebut, K.H A.Warits Ilyas menyampaikan kepada Para alumni untuk terus membangun dan menyatukan ikatan batin dengan satu akidah sebagaimana yang telah diajarkan ketika masih aktif menjadi santri.

“Yakinlah bahwa yang dipelajari oleh saudara-saudara semua itu ketika masih santri adalah ajaran yang benar. Akidah yang telah diwarisi oleh para pendahulu kita hingga sekarang,” ungkapnya.

Banyaknya aliran atau ajaran yang tidak sesuai dengan akidah Ahlussunnah Wal Jamaah yang banyak beredar di dunia pendidikan menjadi keresahan tersendiri. Sehingga beliau juga mengingatkan untuk berhati-hati memilih lembaga pendidikan bagi anak-anak mereka, utamanya bagi anak yang ingin menempuh pendidikan ke Perguruan Tinggi.

Usai acara, rombongan IAA langsung menuju kompleks Madrasah Ibtidaiyah guna beramah-tamah dengan pengurus PP Annuqayah dan pengurus Yayasan Annuqayah.