Sunday, November 11, 2018

Hoaks dan Drama Propaganda Ratna Sarumpaet


Dimuat di Majalah Sinergia, 30 Oktober 2018

Ratna Sarumpaet menyita perhatian publik di tengah musibah gempa dan tsunami yang melanda Palu-Donggala. Kepada media, ia mengaku telah dianiaya oleh sejumlah orang tak dikenal. Padahal diketahui baru saja melakukan operasi plastik. Kepada media pula, ia mengaku dan mengungkap segala kebohongannya serta menyatakan diri sebagai pencipta hoaks terbaik. Sebagaimana dikutip di detik.com, atas kejadian itu, Ratna meminta masyarakat untuk belajar tidak memikirkan hal-hal yang tidak penting.
Drama kebohongan tentang penganiayaan itu berhasil menyeret sejumlah elite politisi di negeri ini, sebut saja ketua Partai Gerindra Prabowo Subianto dan dewan kehormatan Partai Amanat Nasional Amien Rais. Bahkan, Hanum Salsabila Rais, anak kedua Amien Rais, menyebut Ratna sebagai Cut Nyak Dien dan RA Kartini masa kini.

Media Sosial dan Ladang Hoaks


Dimuat di Jawa Pos, 20 Oktober 2018
Kabar Ratna Sarumpaet yang merekayasa cerita bahwa dirinya telah dianiaya oleh sejumlah orang tak dikenal betul-betul menggegerkan. Padahal, kenyataannya, dia baru saja melakukan operas plastik.

Kini hoaks menjadi wabah nasional. Rentan menimbulkan konflik sosial, instabilitas di lintas sektor, dan berpotensi menghambat pembangunan nasional. Hasil survey Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) tahun 2017 menunjukkan, hoaks tertinggi terkait dengan isu sosial politik dan SARA. Hoaks yang paling sering diterima berbentuk tulisan (62,10%) dan gambar (37,50%).

Proyeksi Badan Pusat Statistik, pada 2020 Indonesia akan “dikuasai” generasi milenial. Generasi ini, menurut buku “Millenial Nusantara” karya Hasanuddin Ali dan Lilik Purwandi (2017), memiliki ciri utama karakter connected, yakni selalu berupaya diri terhubung ke internet.