Sunday, May 8, 2011

Membuat Mobil-Mobilan

Hari menjelang petang. Andi belum pulang. Ia masih asyik bermain bersama Doni, tetangga sebelahnya. Doni baru saja memiliki mainan mobil baru, hadiah dari kakaknya di Semarang.

“Andi, ngaji dulu. Teman-temanmu sudah banyak yang berangkat,” kata Pak Joko dari balik pagar.

Andi bergegas. Dia berlari. Mukanya murung. Sampai di depan bapaknya, tiba-tiba Andi menangis. Suaranya sesenggukan.

“Pak, aku ingin punya mobil-mobilan seperti punya Doni.”

“Lho, mobil yang bapak buatin kemarin ke mana?”

“Mobil itu sudah rusak. Tadi siang jatuh ke sungai waktu aku mandi bersama teman-teman,” tuturnya polos.

“Ya sudah, besok bapak buatin yang baru lagi.”


“Nggak! Saya nggak mau membuat mobil-mobilan dari bungkus rokok lagi,” Andi
menggeleng. “Aku mau bapak membelikanku mobil yang bagus seperti punya Doni,” Andi menenggelamkan mukanya pada kedua paha bapaknya.

“Ya, sudah. Besok bapak akan memberikan kamu Bis yang besar.”

Andi sedikit tenang. Bapaknya berjanji akan memberikan mobil-mobilan baru, sebuah bis yang besar. Waktu mengaji, Andi sering membayangkan mainan bis baru yang dijanjikan bapaknya.

Sepulang dari surau, Andi kembali mengungkit janji bapaknya. “Pak, kapan bapak akan membelikan aku mobil-mobilan?”

Ayahnya tersenyum. “Besok kan hari minggu. Kita berangkat bersama-sama, ya!”

“Hore…hore. Ibu, bapak akan membelikanku mainan yang baru,” ucapnya girang. Andi menghampiri ibunya yang sedang merapikan pakaian. Baju ibunya ditarik-tarik. “ibu, besok bapak akan membelikanku mobil-mobilan.”

“Iya, iya. Ibu tahu. Sana tidur! Sudah malam.”

Andi berjingkrak-jingkrak menuju kamarnya. Malam itu, dia bermimpi sedang mengendarai bis besar. Berkeliling di sekitar halaman rumah.

***
Minggu yang cerah. Matahari baru saja mengecup kening bumi. Burung-burung berkicau. Melompat dari ranting satu ke ranting yang lain. Bangun tidur, Andi langsung teringat akan bis yang dijanjikan bapaknya.

Di luar rumah, di bawah pohon jambu, Pak Joko sedang mengerjakan sesuatu. Andi menghampirinya.

“Bapak ngapain apa?”

“Kamu sudah bangun rupanya,” sapa Pak Joko. “Sini, bantuin bapak dulu.”

“Jadi kan, bapak akan mebelikanku mobil-mobilan hari ini?”

“Iya. Tapi bantuin dulu pekejaan bapak, biar cepat selesai,” kata Pak Joko tesenyum.
Hari itu, Andi begitu bersemangat. Pak Joko menyuruhnya menggergaji kayu triplek sesuai dengan gambar di atasnya. Pak Joko senyum-senyum melihat anaknya linah dan terlihat bersemangat memotong kayu triplek sesuai dengan garis gambar itu.

“Sebenarnya bapak akan membuat apa?”

“Selesaikan dulu pekerjaanmu. Nanti kamu juga akan tahu.”

Kemudian, Pak Joko menyuruh Andi memotong beberapa kayu sesuai dengan panjang dan lebar gambar pada kayu triplek itu. Setelah selesai, Pak Joko merakit potongan-potangan itu bersama-sama.

“Bapak akan membelikanku mobil-mobilan, kan?” Andi mula curiga. Setelah dirakut, potongan-potongan kayu tadi menyerupai bis.

“Andi, bukannya bapak tidak mau membelikanmu mobil-mobilan. Bahkan bapak mampu membelikanmu mobil yang lebih bagus dari kepunyaan Doni,” kata Pak Joko lembut.
Andi murung. Kecewa.

“Bapak ingin kamu bisa membuat mobil-mobilan sendiri. Tidak bagus kita hanya bergantung pada barang yang sudah jadi. Itu tidak kreatifnamanya. Belum tentu Doni bisa membuat mobil-mibilan sendiri.”

Andi hampir menangis.

“Bapak janji. Jika mobil yang bapak buat ini jelek, bapak akan membelikanmu mobil-mobilan. Ayo, kita selesaikan dulu!”

Andi sudah tidak begitu bersemangat. Tetapi bapaknya terus menyemangati. Menyuruh Andi melakukan ini dan itu.

Mobil-mibilan itu sudah hampir selesai. Nyaris menyerupai Bis sungguhan.

“,Sekarang kita tinggal mengecat tiap sisinya. Bantu bapak, ya!”

Pak joko melukis bis itu dengan telaten. Mengkombinasikan warna silver dengan warna hijau. Di tengahnya tertulis LORENA.

“Nah sudah selesai. Bagus kan!” kata ayahnya semangat. Andi tersenyum.

***
Sebulan kemudian, di SDN Panggilingan, tempat andi bersekolah mengadakan pekan kreatif. Para siswa diwajibkan membuat karnyanya sendiri. Temanya bebas. Segala bahan harus dibuat di sekolah.

Kompetisinya sangat meriah. Kebanyakan dari teman-temannya memilih menggambar: bunga, kelinci dan lain sebagainya. Hanya Andi yang berbeda. Dia membuat membuat truk peti kemas dengan bungkus rokok. Karena sudah terbiasa membuat mainan sendiri, Andi tak menemui kesulitan.

Pada malam puncak, yakni malam anugerah, seluruh wali siswa diundang. Pak Joko turut datang bersama istrinya. Dia berjanji akan membelikan Andi mobil-mobilan jika menjadi juara.

“Juara pertama adalah Andi Saputra utusan dari kelas IV!”

Seluruh penonton bertepuk tangan. Andi amat senang. Di atas panggung, wajahnya berbinar-binar. Dia mengangkat tinggi-tinggi tropi yang baru saja diraihnya.

“Sesuai dengan perjanjian kita, bapak akan membelikan kamu mobil-mobilan yang sangat bagus,” ucap Pak Joko bangga.

“Tidak. Andi tidak mau mobil-mobilan, Andi mau beli baju baru saja,” katanya tersenyum. Pak joko juga tersenyum. Ibunya juga. Malam itu, keluarga Pak Joko pulang membawa kebahagiaan dan kebanggaan yang sangat besar.

0 comments: