Husnul Khatimah Arief, PPA. Latee II
GULUK-GULUK—Antologi cerpen berjudul “Panggil Aku Haura” karya santri-santri Annuqayah terbit hari Selasa kemarin (10/1). Antologi ini merupakan buah karya santri putra dan putri Annuqayah yang namanya tak asing didengar di kalangan santri. Mereka berasal dari daerah yang beragam, yaitu Latee, Lubangsa dan Karang Jati. Mereka adalah Haura Izzati (Latee), Liesa al-Khas (Latee), Vee (Latee), Abdurrohim el-Sanie (Latee), A’yat Khalili (Latee), Chairy Alief (Lubangsa), Fandrik Ahmad (Lubangsa), Ummul Corn (Karang Jati).
Mereka adalah penulis-penulis produktif yang karyanya selalu muncul di media, baik lokal maupun Nasional. Lahirnya antologi ini semakin menyemarakkan dunia literasi di Annuqayah.
Ide untuk membuat antologi ini pada awalnya lahir dari Abdurrohim El-sanie yang dari dulu memang menginginkan sebuah karya bersama teman-temannya. Keinginan itu kemudian disampaikan pada salah satu temannya, Haura Izzati, yang kebetulan juga cerpenis. Dengan kemauan yang kuat, mereka berdua berupaya mencari penulis Annuqayah yang juga senang menulis cerpen guna melengkapi antologi cerpen tersebut. Pada akhirnya, keduanya berhasil mengumpulkan 18 cerpen buah karya dari delapan penulis.
“Dari dulu saya memang ingin membuat antologi cerpen bersama teman-teman. Tentu saja ini bertujuan untuk mengabadikan karya kami. Dan yang terpenting adalah berproses untuk menjadi penulis besar seperti yang kami impikan,” tutur Abdurrohim El-Sanie saat dihubungi via telepon.
Antologi yang dicetak sebanyak 500 eksemplar ini, lanjut Abdurrohim El-Sanie, akan dipasarkan di Annuqayah dan luar Annuqayah. Tidak jauh beda dari penuturan Abdurrohim El-Sanie, Haura Izzati juga menyatakan hal yang sama, “Saya langsung setuju ketika Rohim menawarkan saya untuk membuat antologi cerpen. Yang jelas, ini adalah proses awal bagi saya dan teman-teman untuk menempa diri agar menjadi penulis hebat,” ungkapnya ketika diwawancarai.
Di dalam antologi ini, pembaca akan dihadapkan dengan kisah-kisah cinta dari berbagai sisinya, karena seluruh cerpen di buku ini memang bernuansa cinta. Meski cinta sudah sekian banyak dikisahkan dari dulu hingga sekarang, tetapi tidak lantas menjadikan buku ini jadul, lawas dan tidak menarik. Justru sebaliknya, penulis berhasil membentuk alur cerita dengan gaya bahasa yang apik dan menggugah, sehingga membuat pembaca larut di dalamnya. Bukan layaknya cinta picisan yang seringkali menggambarkan cinta euforia.
Lewat kisah-kisahnya, penulis ingin memberi pesan pada pembaca bahwa cinta sebenarnya tidak sekedar romantisme. Tetapi lebih dari itu, cinta adalah kekuatan yang mampu menumbuhkan sikap pengorbanan, pengabdian, perjuangan dan perbaikan diri. Cinta tentu akan memberi dampak positif seperti itu bila pemilik cinta mampu menempatkannya pada posisi yang tepat. Demikian pula sebaliknya, cinta akan membahayakan jika pelakunya memperlakukannya dengan cara yang tidak benar.
diunduh dari http://annuqayah.blogspot.com/2012/01/panggil-aku-haura-warnai-dunia-literasi.html
0 comments:
Post a Comment