Judul Buku :
Tradisionalisme Radikal; Persinggungan Nahdlatul Ulama-Negara
Editor :
Greg Fealy dan Greg Barton
Penerbit :
LkiS Yogyakarta
Tebal buku :
xvi + 360 hal: 14,5 x 21 cm
No ISBN :
979-8966-11-2
Cetakan :
III, April 2010
Kontribusi NU terhadap tegaknya NKRI tidak bisa
dinafikan. Perjuangan ulama di seluruh nusantara dalam menegakkan kemerdekaan
serta membentuk negara berdaulat merupakan sumbangsih yang tak mungkin bisa
dikesampingkan. Terlepas dari rasa “egoismesentris” keagamaan, spirit perjuangan
ulama NU memainkan peran yang signifikan atas perubahan sosial dan politik di
Indonesia.
Buku ini Tradisionalisme
Radikal; Persinggungan Nahdlatul Ulama-Negara adalah kumpulan ilmiah yang
sebagian besar hasil penelitian dari ragam tema. Di antanya, ideologi dan
tingkah laku politik NU, struktur organisasi NU, dan Respon NU terhadap
perubahan sosial dan modernitas.
Greg Fealy dan Greg Barton sepakat membagi sejarah
perkembangan organisasi berlambang bumi itu menjadi tiga fase: Pertama, NU sebagai organisasi
sosial-keagamaan, Kedua, NU sebagai
partai politik, Ketiga, kembalinya NU
pada khittah yaitu sebagai organisasi sosial-keagamaan.
NU lahir dari rahim
pesantren dan untuk pesantren, bukan untuk negara. Ideologi modern yang dibawa
oleh para penjajah, baik Belanda maupun Jepang, membuat NU harus bertindak tegas terhadap teganya agama Islam
di Nusantara. Pada tahap ini, dikatakan bahwa NU menerapkan politik internal (sirr).
Pada perkembangannya, percaturan NU di panggung politik
semakin terang. Kemelut perpolitikan pada rezim Orde Lama dan Orde Baru menyisakan
dilema yang sangat kompleks membuat kalangan elit NU tidak bisa tinggal diam.
Pada akhir tahun 1930-an NU menentang regulasi pemerintah kolonial yang
dianggap bertolakbelakang dengan Islam.
Keterlibatan NU sagat terbaca ketika turut mendukung GAPPI (Gabungan
Partai Politik Indonesi), sampai kemudian membentuk motor politik sendiri yakni
Partai Masyumi.
Sebagai Organisasi Islam tertua di Indonesia yang
lahir pada 31 Januari 1926, merangkum kontribusi NU terhadap NKRI dalam tulisan
yang singkat ini tentu sangat kurang, sebab perjalanan NU sampai saat ini
seperti air beriak di sepanjang liku aliran sungai.
Ada gagasan yang sangat menarik dari isi buku yang dimotori oleh Greg Fealy dan Grek
Barton (editor) ini. Sebuah buku terjemahan pertama yang—menurut Gus Dur—yang
mengulas secara detil soal persinggungan NU dan NKRI. Yaitu kata “Radikal” pada
bagian judul buku.
Kenapa ada Radikal? Bukankah empat pilar yang
dimiliki NU, yaitu tawasuth (moderat), tasamuh (toleran),
tawazzun (seimbang) dan I’tidal (adil)
membuat organisasi yang didirikan oleh K.H Hasyim As’ari terkenal dengan
fleksibilitasnya?
Kata ‘Radikal’ disadur oleh Mitsuo Nakamura, yang
turut diundang oleh Gus Dur pada Muktamar NU ke-26 di Semarang pada tahun 1979.
Peneliti asal Jepang tersebut menilai gerakan politik NU adalah gerakan
radikal. Radikal dalam pengertian kritik yang luas dan terbuka (hal, 114).
Asumsi tidaklah berlebihan sebab NU pengkritik keras rezim Soeharto.
Dengan sikap seperti itu terjadi sebuah paradoks:
radikalisme politik dan tradisionalisme agama. Dua arah yang seakan berlawanan
arah tersebut justru memperkokoh eksistensi NU sebagai organisasi massa.
Radikalisme politik NU sebagai jalan li
maslahatil ummat. Radikalisme politik merupakan langkah memperkokoh
tradisionalisme keagamaannya.
Si sisi lain, Radikalisme politik membuat
harmonisasi di tubuh NU kerap bertolak belakang. Nilai-nilai adap asor yang menjadi salah satu
karakteristik dalam konteks sosial-keagamaan terabaikan oleh legitimasi politik
radikal yang berdiri atas jargon li
maslahati ummat.
Hadirnya buku ini mengokohkan harmonisasi relasi NU-Negara.
Salah satu contoh, yaitu pengambilan keputusan atas Pancasila sebagai asas dasar
negara. Sementara Ahlussunnah Wal Jamaah
sebagai asas dasar pemberdayaan ummat.
Buku ini sangat cocok sebagai refleksi atas pola
gerak NU dalam konteks kekinian. Kiranya
tidaklah berlebihan mengingat buku yang didominasi cover warna hijau ini secara
detail mengulas naik-turun NU di panggung politik.
0 comments:
Post a Comment