Sunday, May 16, 2010

Sirine

Pagi terasa bising. Tak seperti biasanya aku bangun pagi seburuk ini. jendela kamar memang sengaja tak ditutup agar pendar cahaya matahari pagi lebih leluasa masuk tanpa harus permisi lebih dulu kepada mimpi. Tak ada bunyi ceracau burung pagi yang setiap hari selalu menyambut hari-hariku dengan ceria. Entah, apa yang terjadi kali ini. Seakan burung-burung itu kini lari menjauhiku. Menjauhi kehidupanku. Ceracaunya itu tiada, akupun juga gelisah. Aku...

Terbang Tanpa Sayap

Rasanya, baru kali ini aku melihat ibu termenung. Banyak pertanyaaan tersimpan di batok kepalaku tentang tingkahnya. Ada apa dengan ibu? Sepeninggal ayah, ibu tidak pernah bersikap seperti itu. Dulu, ia sangat tenang mengikhlaskan kepergian ayah. Meski, pada awal ayah menutup mata, ada air mata yang jatuh membelah pipinya. Setelah itu, tak kudapat lagi air mata itu jatuh. Ibu terus memandang hampa. Kosong. Hanya, tangan kiri selalu membelai rambutnya...