Sunday, May 27, 2012

Guru Budiman

(Dimuat di Suara Pembaruan, 27 Mei 2012) Dua jarum jam dinding tak bergerak. Yang satu berhenti di angka sembilan sedangkan satunya lagi, sedikit lebih panjang berhenti di angka sebelas. Detiknya berdetak tapi tak beranjak. Sesosok tubuh senja meringkih di atas lincak, tepat di bawah detak jam itu. Desir angin melengkungkan tubuhnya. Nyamuk-nyamuk menjadi galak di musim hujan. Menusuk-sunuk bak jarum suntik. Gemeretak gigi berpacu dengan denyit lincak yang menyangga tubuhnya. Segerombolan nyamuk meraung-raung serupa omelan istrinya yang terus...

Friday, May 25, 2012

Aku, Dia, dan Nya

(Ulasan Cerpen "Mimpi Raja Hujan" di Majalah Muara edisi Mei 2012) Oleh Fandrik Ahmad Dalam sebuah lakon cerita pendek, banyak ragam pilihan bagi pengarang memilih menjadi tokoh dalam cerita yang digarapnya. Apakah pengarang ingin memposisikan diri melakoni tokoh utama pelaku utama, atau tokoh sampingan yang hanya terlibat sekilas atau menjadi pelengkap—entah si penulis berposisi sebagai teman, orang tua, saudara, orang jauh, dlsb—tokoh utama. Atau barangkali, penulis lebih memilih “duduk santai” melakonkan para tokoh dari balik layar. Pelakon...

Sunday, May 20, 2012

Lamaran Kerja

(Sumut Pos, Minggu 20 Mei 2012) Sarip mondar-mandir. Dari kamar ke beranda. Dari beranda ke kamar. Terus berulang. Gemeretak giginya mengatakan kalau perasaannya sedang galau. Cemas. Saat langkahnya sampai di beranda, pastilah sorot matanya menyingkap kerre. Namun, yang ditemukan selalu sama, semak tegalan dan pematang yang petang. Senyap. Mencemaskan. “Pada ke mana Munarti,” ucapnya berang. Anak dan bininya sudah tak ada di rumah ketika ia pulang menyudahi pekerjaan menurunkan la’ang. Kalau Dulla, anaknya, Sarip masih bisa menduga-duga....

Akulah Guru Terkutuk

(Annida Online, 18 Mei 2012) Langit pagi mendung. Pekat bergelayut. Pukul enam lewat lima menit waktu di pergelangan tangan. Saya memantapkan diri mengajar, tetapi dilarang istri. Tak akan ada orangtua yang mengizinkan anaknya bersekolah, katanya. Saya pandangi langit, menerjemahkan larangan istri saya. Saya mendekat ke gorden jendela. Saya buka. Angin meruak tajam. Teh panas yang ia seduhkan utuh di atas meja. Udara yang lembab membuat uap meliuk dengan jelas. Merambat seperti binatang melata. Bintik-bintiknya menghablur sebelum raib menjadi...

Tuesday, May 8, 2012

Catatan dari Anak yang Terbuang

Sengaja saya menulis catatan ini, karena memang saya rasa sudah sepantasnya menulis catatan tentang kebersamaan saya dengan Komunitas Cinta Nulis (KCN). Catatan ini saya buat dalam rangka memberikan klarifikasi, bukan sebagai pemicu keharmonisan diantara kita. Kenapa saya terdorong menulis catatan ini? Karena (maaf) sudah ada sentimen tentang saya yang tidak mengenakkan, bahwa saya sudah dirasa (maaf, bukan saya yang merasa) HEBAT karena—mungin—tulisan saya sering menembus media baik lokal maupun nasional sehingga saya dirasa egois dan melupakan...