Cerpen
Fandrik Ahmad
(Tabloid Nova, November 2012 )
Ia mencakarku. Lagi. Dan, lagi.
Begitulah cara ia mengungkapkan perasaannya. Aku menikmati. Hanya dengan
seperti itu aku merasa betapa cinta itu masih ada, untukku.
Sakit memang. Menderita memang.
Kalau kau menyibak bulu-bulu yang menutupi sebagian wajahku, kau akan mendapati
beberapa bekas coretan hasil maha karyanya. Ia mencakarku sebab gagal dan kesal
tak bisa mencerabut bulu-bulu itu dari akarnya. Bukan segelas kopi atau teh
sebagai penghangat pagi yang disodorkan ketika aku bangun,...