Saturday, November 10, 2012

Cakar Istri

Cerpen Fandrik Ahmad (Tabloid Nova, November 2012 )  Ia mencakarku. Lagi. Dan, lagi. Begitulah cara ia mengungkapkan perasaannya. Aku menikmati. Hanya dengan seperti itu aku merasa betapa cinta itu masih ada, untukku. Sakit memang. Menderita memang. Kalau kau menyibak bulu-bulu yang menutupi sebagian wajahku, kau akan mendapati beberapa bekas coretan hasil maha karyanya. Ia mencakarku sebab gagal dan kesal tak bisa mencerabut bulu-bulu itu dari akarnya. Bukan segelas kopi atau teh sebagai penghangat pagi yang disodorkan ketika aku bangun,...

Bau Busuk Dalam Sumur

Cerpen Fandrik Ahmad (Dimuat di Lampung Post, 11 November 2012) Di matanya, nasi putih yang tersaji di atas lincak, kosong tanpa rasa. Nyeri yang timbul dari salah satu bagian otot pahanya yang terputus membuat selera makannya tak kunjung datang. Hanya duduk miring-miring di sisi lincak. Sedikit-sedikit meringis sakit bila sebagian tubuhnya digerakkan. Maka sebenarnya, kendati hanya paha kaki bagian kiri yang bengkak, perasaan sakit akan menjalar, terpusat di situ. Geliatnya tak ubahnya sebuah ekspresi manusia yang sudah bosan menjalani hidup. Namanya...

Di Balik Kekerasan Orang Madura dalam Cerpen Kerabhan Sape Karya Mahwi Air Tawar dan Lotrengan Karya Fandrik Ahmad

Oleh: Mawaidi, Imron Wafdurrahman, Muhammad Suharji, Nur Muhammad* Abstrak Makalah ini mengkaji cerpen “Kerabhan Sape”, dan “Lotrengan” melalui pendekatan sosiologi sastra. Kajian sosiologi sastra dalam cerpen ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dalam hubungannya dengan realitas dan aspek sosial kemasyarakatan. Pendekatan tersebut dilatarbelakangi oleh fakta bahwa keberadaan karya sastra tidak dapat terlepas dari realitas sosial yang terjadi di dalam masyarakat (Wiyatmi, 2009:97). Metode pendekatan sosiologi sastra ini dilakukan dengan...

Saturday, July 28, 2012

Maling

(Dimuat di Tribun Jabar, 29 Juli 2012) Hampir setengah hari air muka Majid terlihat keruh. Tak berubah. Pesan kiai sebelum berhenti dari pesantren, sungguh berat dijalani. Tetapi, pembenaran tetap bercokol di atas keraguan; tak mungkin dawuh seorang ulama menyesatkan, benarnya. Selama 20 tahun menjadi abdi dalem kiai Khazin, tak sedikit pun terselip niat cela dari dawuh-dawuh beliau. Apalagi sampai bertentangan dengan nilai-norma agama. Tapi, Pernyataan emak atas pertanyaannya tempo pagi tak dinyana meletakkan sangsi pada pesan itu. Angin meruak...

Sunday, July 22, 2012

Bakso Pak Oles

(Dimuat Di Koran Merapi, 15 Juli 2012) Makan dengan lauk tempe saja, sudah makan seperti di istana kaisar Paus. Apalagi makanan semacam daging; daging ikan, sapi, gulai kambing, opor ayam, dan yang lain. Mengimpikan harapan seperti itu, butuh kesabaran super gede agar bisa terwujud. Hanya bisa berharap pada orang yang bertamu dan membawa makanan lezat. Beli sendiri? Harus berpikir dua kali, bahkan berpikir berkali-kali mengubah selara makan sambal terasi. Namanya juga masyarakat sampah. Ya! Sampah memang harus dibuang. Saya lalu teringat kalimat...

Monday, July 9, 2012

Narasi Hujan

(Dimuat di Lampung Pos, 8 Juli 2012) Musim hujan memasuki awal tahun. Aku mengintip. Langkahku ringan mendekati gorden jendela. Kusibak kain tipis itu cukup kasar serupa anak muda memberikan surprize kepada kekasihnya. kamar yang kurang pencahayaan membuat cahaya melesat kilat. Sementara di luar, hujan tak tentu arah menghindari tatapanku. Bulir-bulir hujan tempias di lantai. Kaca jendela buram berembun. Apakah kau juga menikmati hujan? Batinku. Bila anganku berwujud di sini, di tempatku berdiri, aku yakin, kau akan mengatakan, “di mana pun,...

Sunday, May 27, 2012

Guru Budiman

(Dimuat di Suara Pembaruan, 27 Mei 2012) Dua jarum jam dinding tak bergerak. Yang satu berhenti di angka sembilan sedangkan satunya lagi, sedikit lebih panjang berhenti di angka sebelas. Detiknya berdetak tapi tak beranjak. Sesosok tubuh senja meringkih di atas lincak, tepat di bawah detak jam itu. Desir angin melengkungkan tubuhnya. Nyamuk-nyamuk menjadi galak di musim hujan. Menusuk-sunuk bak jarum suntik. Gemeretak gigi berpacu dengan denyit lincak yang menyangga tubuhnya. Segerombolan nyamuk meraung-raung serupa omelan istrinya yang terus...

Friday, May 25, 2012

Aku, Dia, dan Nya

(Ulasan Cerpen "Mimpi Raja Hujan" di Majalah Muara edisi Mei 2012) Oleh Fandrik Ahmad Dalam sebuah lakon cerita pendek, banyak ragam pilihan bagi pengarang memilih menjadi tokoh dalam cerita yang digarapnya. Apakah pengarang ingin memposisikan diri melakoni tokoh utama pelaku utama, atau tokoh sampingan yang hanya terlibat sekilas atau menjadi pelengkap—entah si penulis berposisi sebagai teman, orang tua, saudara, orang jauh, dlsb—tokoh utama. Atau barangkali, penulis lebih memilih “duduk santai” melakonkan para tokoh dari balik layar. Pelakon...