
(Majalah Fajar, 2011)
Pelaksanaan muktamar NU ke-32 di Makassar memberikan banyak “catatan mendalam” di benak para nahdliyyin, mengingat kentalnya aroma politik yang menghiasi perjalanan muktamar lima tahunan itu. Waktu itu, syahwat politik menjadikan muktamirin “pecah” dalam beberapa kelompok, mengusung dan menjagokan calon masing-masing. Pada titik ini, muktamar tak jauh beda dengan pemilihan umum yang sarat kepentingan politik.
Euforia mencapak...