Mengunjungi kuburan adalah mengenang luka; segala kenangan akan menumpuk di batok kepala, berbuah menjadi sesal. Begitulah, setiap kali ibu angkat bicara perihal kebiasaannya berziarah kubur, setiap kamis petang. Mengapa ia mengatakan mengenang luka dan sesal?
Tiba tempat itu, angin seperti menghadirkan ketenangan ke dalam tubuh yang kelihatan rapuh itu. Begitu damai dan nyaman. Sejenak matanya terpejam, lalu diikuti ceracau tanpa suara, menyapa nisan-nisan bertuliskan nama-nama orang yang sudah tak bernyawa itu. Sampai di manakah suatu perjalanan...