Friday, February 20, 2009

Insomnia

Bayanganmu selalu menghadirkan kepedihan pada setiap jejak-jejak langkah menapaki jalan-jalan kelabu. Dimana ilustrasi itu selalu menghadirkan selaput cinta yang telah kau pahat sendiri. Gembira ria, bermuram durja, naik pitam silih berganti menghadirkan kedalam memoriku. Bak arwah yang bergentayangan mencari tempat-tempat abadi. Semua menjadi tamparan keras tiada tangan kereflek pada hati yang linglung. Terjerumus kedalam sebuah kenisbian. Nihil. Sunyi merayap mendahului bahasa jiwa tak terjewantahkan. Aibpun tidak bisa menjalar dimana desiran...

Lembaran yang hilang

“Selama jari–jemariku tetap lihai menari di atas tuts mesin tik ini. Aku tidak akan pernah berhenti menulis,” gumamnya sembari memainkan jarinya di atas abjad demi abjad. Di tengah malam yang sunyi. Di bawah terpaan nur rembulan. Ia terus mengetik. Desauan angin malam telah menghilangkan rasa kantuknya. Dia tidak pernah putus asa meski pada kenyataannya, dunia tidak pernah berpihak kepadanya. Karyanya tidak pernah satu pun yang dimuat di media massa. Setiap kali ia mengirim, saat itu pula karyanya bagai hilang di telan bumi. Tidak pernah ada kabar....