Sunday, June 27, 2010

Dialog Maya

Beberapa minggu ini, pikiranku kacau. Sulit untuk katakan apa sebenarnya yang terjadi pada jiwaku ini. Bayangan semu itu selalu melekat dalam pikiranku. Sungguh menyesakkan bila sungging senyum mungil itu lahir kembali dalam jiwaku yang gersang. Sorot matanya yang tajam telah membunuh gairah hidupku.
Memang, Aku tak selalu bergantung pada dirinya, pada cintanya, tapi tiada salah jika aku berharap. Kepergiannya dari hatiku sudah cukup memberikan luka yang amat perih. Aku ingat kejadian tempo dulu. Saat ia menegaskan kepergiannya—mungkin juga kebenciannya—dengan mengirimkan pesan singkat via Email……
Felisa
MAAF AKU HARUS PERGI
Kalimat singkat yang bisa membuatku menyisir luka. Membua hatiku jadi beku. Tak ada Setelah membaca pesan singkat itu, sampai sekarang, aku tak lagi membuka Emailku. Bahkan gairahku untuk menulis sirna. Tertutup oleh bayangan yang ia lukis di batok kepalaku. Kubiarkan saja laptop yang menjadi teman candaku setiap hari itu tetap mengatup tanpa kusentuh dan aku belai dengan ide-ide kreatifku.


Aku tak ingin seperti batu. Makanya, aku selalu berusaha menyibukkan diri. Menghilangkan waktu untuk berpikir tentangnya. Berusaha menutup celah untuk memutar kembali memory pahit-manis yang terjalin bersama Felisa, kekasih sekaligus penghianat cinta.
Kusibukkan hari-hari dengan membaca dan menulis. Meski yang tercipta hanyalah oretan-oretan usang yang tak bernilai dan terkadang wajahnya muncul di ujung penaku.
Pagi itu, menjadi catatan sejarah baru setelah lelah berdiam diri seperti batu. Lebih dari sebulan aku tidak lagi mengotak-atik situsku. Saat matahari baru mengecup kening bumi, entah mengapa aku rindu pada situs dunia mayaku. Di pagi yang cerah, di depan laptop, aku membuka Email, Faceebook, dan Blogger.
Ups!... ada lima belas surat masuk. Dari kakak di Jogjakarta, dari teman-teman kelas yang saling memberi ucapan selamat karena lulus UN, dari andy yang katanya sudah baru menikah seminggu lalu. Dan, ada lagi surat masuk yang membuatku mengernyitkan dahi.....
Ketika surat tak di undang datang!
Hiiii....SEREM!
Ummul corn
Siapa dia? Baru kali ini aku mendapat surat dari alamat Email itu. Mungkinkah dia Felisa? Rasanya tidak mungkin. Ia sudah berjanji tidak akan berhubungan denganku lagi dalam bentuk apa pun.
Segera aku balas surat itu.
Datang tanpa permisi? Dasar, kurang ajar!
Haris Saputra
Esoknya ia membalas lagi. Dan ingin mengkonformasi menjadi teman di facebook. Ia tidak menggunakan foto sendiri di profilnya. Yang digunakan adalah gambar kartun perempuan berkerudung pink. Senyumnya centil sekali. Segera aku konfirmasikan.
Setelah aku konfirmasi, ternyata, ia langsung online……
“Mungkinkah kau pangeranku?”
“Bisa saja!” hanya sekedar basa basi.
“Aku suka tulisanmu, hanya sebatas tulisan, tidak lebih!”
Aku tidak suka basa basi. Tapi, mulut cewek itu lincah. Membuatku tertarik berkomunikasi dengannya. Ya! meski hanya berbasa basi. Tak lebuih dari itu.
“Suka tulisanku? Bukan suka pada penulisnya?”
“Ya! bisa dikatakan begitu. Ha…ha…”
Dan, persahabat kami semakin akrab, mungkin juga karena hobby kita sama. Sama-sama menulis di webblog. Aku selalu mengajaknya berdiskusi via facebook. Sungguh diskusi dengannya sangat menyenangkan—meski aku tidak tahu siapa dia sebenarnya, itu tak penting—gairahku menulis dan menelusuri dunia internet mulai bangkit kembali.
Guluk-guluk, Sumenep, 2010

Sudah nongkrong di Harian Radar Madura
tanggal 27 Juni 2010

Saturday, June 26, 2010

Yuk! Menulis Feature*

Fandrik Hs Putra**
Sepulang dari Yogyakarta bersama teman saya, saat liburan Idul Adha, ia berseru bahwa pengalamannya berkunjung ke Yogyakarta merupakan pengalaman pertama selama dalam hidupnya. Sehingga pengalaman itu banyak yang mengesankan. Kesan yang dilihat. Kesan yang didengar. Semuanya menarik untuk ditulis.

Lalu, saya menyarankan semua kesan yang ia rasakan untuk ditulis agar tak satupun yang tercecer dalam pengalaman itu hingga atau bahkan beberapa tahun ke depan (itulah gunanya menulis!).

“Tapi, apa yang mesti saya tulis? Seperti apa?” begitulah pertanyaannya.
“Ya! Bercerita saja. Buat catatan harian, cerpen, atau feature,” jelasku. Ia mengernyitkan dahi ketika saya menyebut feature.

Apa feature itu?
Jika dalam sebuah berita yang diutamakan ialah pengaturan fakta-fakta. Maka dalam penulisan feature kita dapat memakai teknik “mengisahkan sebuah cerita”. Penulisan feature pada hakikatnya adalah seseorang yang berkisah. Penulis melukis gambar dengan kata-kata: menghidupkan imanji pembaca; menarik pembaca agar masuk ke dalam cerita itu dengan membantu mengidentifikasikan diri dengan dengan tokoh utama.
Penulisan feature untuk sebagian besar tetap menggunakan penulisan jurnalistik dasar, karena ia tahu bahwa teknik-teknik itu sangat efektif untuk berkomunikasi. Tapi, bila ada aturan yang mengurangi kelincahannya untuk mengisahkan suatu cerita, ia segera menerobos aturan itu.

Tahu filosofis pramida terbalik dalam jurnalistik?
Nah, piramida terbalik (susunan tulisan yang meletakkan informasi-informasi pokok dibagian atas dan informasi yang tak begitu penting di bagian bawah. Sehingga mudah dipotong jika tulisan terlalu panjang) tersebut sering ditinggalkan.terutama bila urutan peristiwa sudah dengan sendirinya membentuk cerita yang baik. Tulisan yang hidup adalah senjata penting untuk menaklukkan minat pembaca di tengah persaingan antara media komunikasi yang kian ketat. Mereka yang digandrungi karena memiliki jiwa personal, memiliki sudut pandang yang unuk dna cerdas, serta penuh vitalitas.
Setidaknya ada tujuh unsur yang menjadi pedoman untuk menulis feature.

Informatif
“Feature adalah arsitektur, bukan dekorasi interior” kata Ernes Hamingway. Untuk bisa menulis feature yang efektif, penulis pertama-tama harus mengumpulkan kepingan-kepingan informasi /data yang detail, spesifik, dan akurat. Bukan kecanggihan retorika atau pernak-pernik bahasa.

Signifikansi
Tulisan yang baik memiliki dampak bagi pembaca. Dia mengingatkan pembaca pada sesuatu yang emngancam kehidupan mereka: kesehatan, kemakmuran, maupun kesadaran mereka akan nilai-nilai. Dia ingin memberi informasi yang ingin dan penting diketahui pembaca. Serta meletakkan informasi dalam sebuah perspektif yang berdimensi mengisahkan apa yang telah, sedang atau akan terjadi.

Fokus
Tulisan yang sukses biasanya justru pendek. Terbatasi secara tegas dan fokus. Umumnya tulisan yang baik hanya mengatakan satu hal. “Don’t write about Man, write about a Man,” kata Elwyn Brooks White, seorang humoris Amerika.

Konteks
Tulisan yang efektif mampu meletakkan informasi pada perspektif yang tepat sehingga pembaca tahu darimana kisah berawak dan kemana akan mengalir.

Wajah
Tulisan akan efektif jika penulisnya mampu mengambil jarak dan membiarkan pembacanya seakan bertemu, berekenalan serta mendengarkan sendiri gagasan atau informasi dari tulisan itu. Atau bisa menggambarkan sosok seorang tokohnya.

Bentuk
Tulisan yang efektif memiliki sebuah bentuk yang mengandung sekaligus mengungkapkan cerita. Umumnya berbentuk narasi. Dan sebuah narasi akan sukses jika memiliki semua informasi yang dibutuhkan pembaca dan jika ceritanya bisa diungkapkan dalam bentuk aksi-reaksi.

Suara
Tulisan akan mudah diingat jika mampu menciptakan ilusi bahwa seorang penulis tengah bertutur kepada pembacanya. Majalah/koran yang baik tak ubahnya seperti pendongeng yang memukau. Dan penulis yang baik mampu menghadirkan warna suara yang konsisten ke seluruh cerita, tapi menganekaragamkan volume dan ritme untuk memberi tekanan kepada makna.

Secara ringkas, tulisan yang baik mengandung informasi yang menarik dan berjiwa. Menarik karena penting, terfokus, dan berdimendi. Serta berjiwa karena berwajah, berbentuk dan bersuara.

Untuk membuat tulisan feature yang baik, perhatikan enam “kegagalan” yang harus dihindari:

1. Gagal menekankan segala yang penting. Seringkali terjadi karena gagal meyakinkan bahwa kita memahami informasi yang kita tulis.
2. Gagal menghadiran fakta-fakta yang mendukung.
3. Gagal memerangi kejemuan pembaca. Terlalu banyak klise, hal-hal yang umum. Tak ada informasi spesifik yang dibutuhkan pembaca.
4. Gagal mengorganisasikan tulisan secara baik. Organisasi kalimat mauun secara keseluruhan cerita.
5. Gagal memperaktekkan tata bahasa secara baik; salah memubuhkan tanda baca dan salah menuliskan ejaan.
6. Gagal menulis secara balans, sebuah diosa yang biasanya terjadi akibat ketidakpercayaan kepada pembaca atau keengganan untuk membiarkan fakta-fakta yang ada mengalir sendiri tanpa restu dan persepsi penulis tentang arah cerita yang benar. Dengan kata lain menggurui pembaca, elitis.

Begitulah cara tentang menulis feature yang saya paparkan kepada teman saya. Dan ternyata, ia tertarik menulis kisahnya dengan cara seperti itu. Alasannya untuk mengasah imajinasi dan kemampuan dalam mengolah data/informasi.
Lalu, apa yang ia katakan?

“Baiklah saya akan mencoba menulis feature!”


* Disajikan pada pelatihan diklat jurnalistik Ikatan Santri Annuqayah Jawa (IKSAJ). Disarikan dari berbagai sumber buku jurnalistik.
** Aktifis Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) STIK Annuqayah dan pimred annuqayah

Abdul Wahid, Figur Pemimpin Baru di Lubangsa


Fandrik Hs Putra, PPA Lubangsa

Guluk-Guluk—Pemilihan ketua pengurus baru PP Annuqayah Lubangsa periode 2010-2011 sudah dilaksanakan Selasa (22/6) kemarin. Dalam pelaksanaan pemilihan itu, Lubangsa mendapatkan figur ketua pengurus baru. Abdul Wahid, santri asal Banaresep, Lenteng, terpilih menjadi ketua pengurus PP Annuqayah Lubangsa. Pada periode sebelumnya, dia menjabat sebagai sekretaris umum.

“Saya tidak menyangka akan terpilih menjadi ketua pengurus. Entah apa yang mereka lihat dari diri saya. Namun yang jelas ini bukanlah suatu kebahagiaan, tapi sebuah tanggung jawab yang besar akan saya emban,” tutur pengurus yang berpenampilan kalem itu.

Dalam perjalanan kariernya, ia belum pernah menjabat sebagai ketua dalam sebuah organisasi. “Tidak pernah sekalipun (menjadi ketua). Yang paling tinggi jabatan saya, ya, di sekretaris itu,” ungkap pengurus yang tinggal di blok F/02 itu.

Namun, Rohanna, wakil sekretaris Lubangsa periode 2009/2010, punya pandangan lain. Menurutnya, Wahid adalah sosok yang penuh tanggung jawab.

“Dia pekerja keras. Tidak kenal lelah. Ia sangat bertanggung jawab akan tugas-tugasnya. Bahkan ketika pesantren libur, ia terus membenahi administrasi pesantren. Itulah yang saya nilai darinya. Rasa tanggung jawabnya besar,” ungkapnya.

Pemilihan pengurus Lubangsa Selasa kemarin berlangsung alot. Dalam pemilihan bakal calon, ada lima nama yang muncul: Rahisyam, Baidi Anas, Sobri Salim, Imam Abdurrahman, dan Abdul Wahid. Karena untuk dapat menjadi calon harus memiliki 20 suara, maka yang kemudian lolos sebagai calon hanya Abdul Wahid dan Sobri.

Pemilihan pun berlangsung seru. Perolehan suara dua calon tersebut terbilang berbeda tipis. “Yang memiliki hak suara sebanyak 61 orang. Saya memperoleh 31 suara, sedangkan Sobri memperoleh 29 suara. Satu suara tidak sah,” kata Wahid.

Dalam kepemimpinannya ke depan, ia akan fokus untuk membenahi kinerja pengurus, sebab pada tahun sebelumnya banyak pengurus yang menjabat di luar kemampuannya. Di samping itu, ia juga akan membenahi administrasi, utamanya program kerja dan pembenahan struktur kepengurusan.

dicomot dari annuqayah.blogspot.com

Monday, June 7, 2010

Legenda Kapal Hantu Flying Dutchman


Menurut cerita rakyat, The Flying Dutchman adalah kapal hantu yang tidak akan pernah bisa berlabuh, tetapi harus mengarungi "tujuh lautan" selamanya. Flying Dutchman selalu terlihat dari kejauhan, kadang-kadang disinari dengan sorot cahaya redup. Banyak versi dari cerita ini. Menurut beberapa sumber, Legenda ini berasal dari Belanda, sementara itu yang lain meng-claim bahwa itu berasal dari sandiwara Inggris The Flying Dutchman (1826) oleh Edward Fitzball dan novel "The Phantom Ship" (1837) oleh Frederick Marryat, kemudian di adaptasi ke cerita Belanda "Het Vliegend Schip" (The Flying Ship) oleh pastor Belanda A.H.C. Römer. Versi lainnya termasuk opera oleh Richard Wagner (1841) dan "The Flying Dutchman on Tappan Sea" oleh Washington Irving (1855).

Beberapa sumber terpercaya menyebutkan bahwa pada abad 17 seorang kapten Belanda bernama Bernard Fokke (versi lain menyebut kapten "Ramhout Van Dam" atau "Van der Decken") mengarungi lautan dari Holland ke pulau Jawa dengan kecepatan luar biasa. Ia dicurigai meminta bantuan iblis untuk mencapai kecepatan tadi. Namun ditengah pelayarannya menuju Cape of God Hope tiba-tiba cuaca buruk, sehingga kapal oleng. Lalu seorang awak kapal meminta supaya pelayaran dihentikan . Tetapi sang kapten tidak mau, lalu dia berkata "aku bersumpah tidak akan mundur dan akan terus menembus badai untuk mencapai kota tujuanku, atau aku beserta semua awak kapalku akan terkutuk selamanya" Tiba -tiba badai menghantam kapal itu sehingga mereka kalah melawan alam. Dan terkutuklah selama-lamanya Sang Kapten bersama para anak kapalnya itu menjadi jasad hidup dan berlayar di tujuh lautan untuk selama-lamanya. Konon, Kapal tersebut dikutuk untuk melayari 7 samudera sampai akhir zaman. lalu cerita itu menyebar sangat cepat ke seluruh dunia.

Sumber lain juga menyebutkan munculnya penyakit berbahaya di kalangan awak kapal sehingga mereka tidak diijinkan untuk berlabuh dipelabuhan manapun . Sejak itu, kapal dan awaknya dihukum untuk selalu berlayar, tidak pernah berlabuh/menepi. Menurut beberapa versi, ini terjadi pada tahun 1641, yang lain menebak tahun 1680 atau 1729. Terneuzen (Belanda) disebut sebagai rumah sang legenda Flying Dutchman, Van der Decken, seorang kapten yang mengutuk Tuhan dan telah dihukum untuk mengarungi lautan selamanya, telah diceritakan dalam novel karya Frederick Marryat - The Phantom Ship dan Richard Wagner opera. Banyak saksi yang mengaku telah melihat kapal hantu ini. Pada tahun 1939 kapal ini terlihat di Mulkzenberg. Pada tahun 1941 seklompok orang di pantai Glencairn menyaksikan kapal berlayar yang tiba - tiba lenyap ketika akan menubruk batu karang. Penampakan The Flying Dutchman kembali terlihat oleh awak kapal laut militer M.H.S Jubilee di dekat Cape Town di bulan agustus 1942. Bahkan ada suatu catatan kisah tentang pelayaran Christoper Columbus, waktu itu awak kapal Columbus melihat kapal terkatung katung dengan layar mengembang. setelah itu awak yang pertama melihat langsung tewas seketika.

Mitos ahir-ahir ini juga mengisahkan apabila suatu kapal modern melihat kapal hantu ini dan awak kapal modern memberi signal, maka kapal modern itu akan tenggelam / celaka. Bagi seorang pelaut, pertemuan yang tak diduga dengan kapal hantu The Flying Dutchman akan mendatangkan bahaya bagi mereka dan konon, ada suatu cara untuk mengelak dari kemungkinan berpapasan dengan kapal hantu tersebut, yakni dengan memasangkan tapal kuda di tiang layar kapal mereka sebagai perlindungan. Selama berabad - abad, legenda The Flying Dutchman menjadi sumber inspirasi para sastrawan dan novelis. Sejak tahun 1826 Edward Fitzball telah menulis novel The Pantom Ship (1837) yang diangkat dari pengalaman bertemu dengan kapal seram ini. Banyak pujangga terkenal seperti Washington Irving dan Sir Walter Scott juga tertarik mengangkat legenda ini.

Istilah Flying Dutchman juga dipakai untuk julukan beberapa atlet sepakbola, terutama para pemain ternama asal Belanda. Ironisnya, bintang veteran negeri Orange, Dennis Bergkamp justru dikenal sebagai orang yang phobia atau takut untuk terbang, sehingga ia dijuluki The Non-Flying Dutchman. Beberapa Laporan Penampakan The Flysing Dutchman yang sempat didokumentasikan :

1823 : Kapten Oweb , HMS Leven mengisahkan telah dua kali melihat sebuah kapal kosong terombang ambing ditengah lautan dari kejauhan , namun dalam sekejap mata kapal tersebut kemudian menghilang.

1835 : Dikisahkan pada tahun itu , sebuah kapal berbendera Inggris yang terkepung oleh badai ditengah samudera, didatangi oleh sebuah kapal asing yang disebut-sebut sebagai Kapal Hantu The Flying Dutchman , kemudian secara tiba-tiba kapal asing tersebut mendekat dan seakan-akan ingin menabrak kapal mereka , namun anehnya sebelum keduanya saling berbenturan kapal asing tersebut kemudian lenyap seketika.

1881 : Tiga orang anak kapal HMS Bacchante termasuk King George V telah melihat sebuat kapal tak berawak yang berlayar menentang arus kapal mereka. Keesokan harinya , salah seorang daripada mereka ditemui mati dalam keadaan yang mengerikan.

1879 : Anak kapal SS Pretoria juga mengaku pernah melihat kapal hantu tersebut.

1939 : kapal ini terlihat di Mulkzenberg , beberapa orang yang menyaksikannya terkejut kerana kapal usang tersebut tiba-tiba menghilang

1941 : Beberapa saksi mata dipantai Glencairn melaporkan sebuah kapal usang yang menabrak batu karang dan terpecah belah , namun setelah dilakukan penyelidikan di TKP , tidak ada tanda-tanda dari bangkai kapal tersebut.

1942 : Empat orang saksi telah melihat sebuah kapal kosong memasuki perairan Table Bay kemudian menghilang.Seorang pegawai telah mendokumentasikan penemuan tersebut di dalam catatan hariannya.

1942 : Penampakan The Flying Dutchman kembali terlihat oleh awak kapal laut militer M.H.S Jubilee di dekat Cape Town di bulan agustus 1942

1959 : Awak kapal Straat Magelhaen kembali melaporakan melihat sebuah kapal misterius yang terombang-ambing ditengah lautan dalam keadaan kosong dengan teleskopnya.

http://www.medancity.com/forum/mdn1/showthread.php?t=4175&page=2